Cerita Dibalik Kesuksesan Merek WeBe Asli Indonesia

 WeBe Fashion Bags  atau Tas WeBe merupakan tas yang diproduksi sejak tahun 1998 di Semarang oleh PT Webe Inter anak bangsa Indonesia dan bukan berasal atau didatangkan dari luar negeri manapun.
Cerita sukses dibalil Merek Webe yang diambil dari nama si pembaut dan sang suami
  • Produk WeBe merupakan asli handmade dari Semarang‚ Indonesia.
  • Originalitas tas WeBe terletak pada bahan dan kualitas eksport.
  • Webe bags diproduksi hanya 1 KUALITAS SAJA (Tdk ada KW/semi ori/merk Lain selain "Webe" dsbnya).
  • PT Webe Inter Tirzada belum memproduksi tas kulit / sandal / accessories lainnya yang menggunakan nama "Webe”.

Biografi Pemilik Merek Tas WeBe

Wenny Sulistiowaty
Wenny Sulistiowaty
Lahir: Purwokerto, Jawa Tengah, 10 Oktober 1976

Pendidikan:
  • SD Kristen 3 YSKI Semarang, Jawa Tengah
  • SMP YSKI Semarang 3. SMA YSKI Semarang 4. S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
Pekerjaan:
  • Pemilik PT Webe Inter Tirzada, 1998 
  • Pemilik Kampoeng Semarang, 20123. Mengomandoi usaha mikro, kecil, dan menengah  (UMKM)
Suami: Budi Husodo

Wenny Sulistiowaty merupakan sedikit dari pengusaha yang sukses dengan olahan enceng gondok. Meski bukan lagi rahasia umum bahwa enceng gondok memang mempunyai nilai ekonomis. Dia menjadi sedikit banyak pengusaha yang mampu mengemas produk ini secara modern. Berawal dari hobi ia memulai semua dari hobinya membuat berbagai kerajinan dari eceng gondok.
Webe
WeBe
Produknya tidak hanya tas handmade saja, ada aksesoris juga bingkai foto dan vas. Namun, dari kesemuanya, produk tas lah yang paling mendapat banyak perhatian. Produknya kemudian kita kenal sebagai tas WeBe, nama yang diambil dari nama pasangan Wenny dan suaminya (Budi).

"Saya ingin, handmade yang saya produksi berkualitas tinggi, elegan, eksklusif, dan dapat bersaing, baik di dalam maupun di luar negeri," pungkasnya.

Tas WeBe di Produksi dengan Bahan Tanaman Liar


Ia mengawali semuanya atas dasar hobi. Dia jadi salah satu pengusaha yang percaya dari hobi bisa menjadi bisnis, itu bukanlah isapan jempol. Wenny telah membuktikannya sendiri, sebenarnya ia suka sesuatu yang modis dan bemerek. Maka ketika menuangkannya dalam hobi, hasilnya sebuah produk yang tak kalah kualitasnya dari produk impor. Meski berbahan eceng gondok Anda tak akan melihat tanda guratan guratan bahwa produk ini dari tanaman eceng gondok.
Kerajinan Tas Webe di mulai dari Eceng gondok
Eceng Gondok
Tahun 1998, Wenny tengah mengambil kuliah di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah. Waktu itu ia yang tengah mengerjakan skripsi berpikir untuk membuka usaha sendiri. Kala itu sebenarnya tak mendukung karena krisis moneter, tapi ia tetap memberanikan diri membuat usaha sendiri. Dia hanya akan memanfaatkan sumber daya sekitar, tak perlu meminjam ke Bank. Wenny pun mulai membuat berbagai macam kerajinan tangan.

Usaha kecil kecilan yang justru menguntungkan. Toko pertamanya dibuka di JL. Wahid Hasyim, Kranggan, kawasan pecinan di Kota Semarang, Jawa Tengah. Usaha pertamanya mempekerjakan ibu ibu muda, ia dengan penuh kesabaran mengajari mereka. Wenny mengutamakan kualitas mengajari mereka bagaimana agar bekerja dengan rapih.

Memulai dari pameran ke pameran, dia kemudian mengamati dari sekian banyak produk karyanya, tas dari eceng gondok, rotan, mendong, dan agel paling diminati. Sejak saat itulah ia fokus pada pembuatan tas saja. Bahannya tak hanya dari eceng gondok. tapi bahan lain di sekitar Yogyakarta dan Solo. Dia mencoba untuk membuatnya berbeda dari segi kualitas, model dan warna. Hingga suatu saat adanya permintaan ekspor.

Mulai di tahun 2000, ia mulai menjajal pasar ekspor dengan tas-tas buatannya. Dia, kala itu, dibantu oleh suaminya Budi Husodo, yang kemudian bersama membangun PT. Webe Inter Tirzada. Sasaran ekspornya meliputi negara negara kawasan Asia, seperti Jepang, kemudian merambah ke Amerika Serikat dan Eropa. Kala itu ia belum menggunakan merek WeBe sebagai brand andalannya.

Setelah cukup lama mengerjakan pasar ekspor ia menjadi sosok yang semakin matang dalam berbisnis, ia mengamati bahwa orang Jepang menyukai apa apa dari kain. Sementara itu Amerika Serikat dan Eropa menyukai bahan bahan alam. Melalui pengamatannya dia menjual produknya dengan strategi khusus. Dia akan memproduksi tas sesuai dengan musimnya. Baik model maupun warna kesemuanya disesuaikan kebutuhan konsemen di sana, tidak asal kirim.

Pasarnya di luar negeri semakin kokoh. Lalu bagaimana dengan pasar dalam negeri?

Justru disini, produknya lebih dikenal di Jakarta, bukannya di Semarang. Setiap ada kunjungan pastilah mereka yang dari pusat (Jakarta). Itu semua berkat pemerintah kota Semarang sendiri yang merekomendasikan perusahaanya. Hasilnya mereka para ibu ibu jadi melirik produk buatannya, dari pengamatan kami, apa yang membuat produk Wenny jadi berbeda adalah konsepnya.

Tas buatan Wenny tak nampak seperti buatan dari eceng gondok. Teksturnya yang seperti produk tas buatan pabrikan luar semakin menyegarkan, tak ayal dari mulut ke mulut pamor tasnya telah menyebar di penjuru Jakarta. Tasnya menjadi sasaran kaum sosialita disana. lntinya adalah kualitas.

Prinsipnya adalah "Tuhan sudah memberi talenta, tinggal bagaimana tiap individu itu mau mengembangkan. Setelah diberkati, coba pula untuk memberkati orang Iain. Tuhan memberi apapun tanpa ada batasan. Maka, manfaatkanlah apa yang telah diberikan Tuhan, sebelum apa yang diperoleh akan dihentikan suatu ketika tanpa diduga siapapun."

Ekspor tas eceng gondoknya telah mencapai puncak di tahun 2007. Dia sadar akan produknya. Produknya waktu itu yang dijual tanpa merek, perlu dihentikan. Wenny ingin produknya dikenal sebagai tas merek asal Indonesia. "Kalau saya ekspor tetapi tidak menggunakan merek sendiri, Indonesia khususnya Semarang, tidak akan dikenal," kata dia.

Seiring masa kontrak ekspornya selesai. Wenny sigap menghentikan ekspor tasnya. Selepas berhenti ekspor ia tak langsung membuat merek untuk produknya. Langkah pertamanya adalah membangun galery WeBe Gallery dan WeBe Art di Semarang. Tujuannya agar semakin dikenal dulu bahwa produk itu dari Semarang, Indonesia. Ia menginginkan bahwa siapa yang ingin membeli produk buatannya haruslah ke Semarang.
Sejarah Merek Tas Webe Butik Webe Semarang
Butik WeBe
Usaha rumahannya telah berkembang sangatlah pesat. Pabriknya telah resmi didirikan di kawasan industri Candi. Di pabriknya ini anda akan disuguhi bagaimana tas WeBe tersebut diproduksi secara besar besaran. Seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa pembelinya bukanlah masyrakat biasa. Melainkan adalah para kolektor dan pecinta seni khususnya. Lalu, bagi masyarakat, mereka masih memandang produk yang bermerek dan modis.

Karena itulah Wenny berbalik arah, ia menyasar produk produk berbahan kain, produk buatannya yang sebelumnya ditujukan untuk ekspor ke Jepang, dibalik arahkan. Hasilnya produk buatannya yang satu ini sangat diminati pasar Indonesia. Sepanjang tahun 2007-2009, Wenny hanya fokus pada pengembangan model untuk brand WeBe nya. Ia fokus pada model dan desain tasnya adalah sebuah penelitian panjang hanya untuk menemukan warna warna yang pas.

Kemudian tas bermerek WeBe secara resmi diluncurkan. Dia memperkenalkan mereknya melalui berbagai pameran. "Pameran pun saya buat terbatas". Hanya undangan yang menghadiri pameran saya. Seluruh relasi saya, termasuk para pejabat yang pernah datang ke pabrik saya undang. Cara ini sengaja saya lakukan untuk menciptakan citra eksklusif pada produk merek WeBe," tutur Wenny.

Di tahun 2010 hingga 2011 Wenny berpikir membuka usaha di tengah kota, jika sebelumnya para pembeli harus masuk ke kawasan industri, kini, tak perlu lagi. Dulu masyarakat yang biasanya akan berombong (ramai ramai) untuk masuk ke kawasan industri. Kini telah tersedia di tengah kota, produknya bisa ditemui di gerainya di tengah kota, ini memang sudah menjadi cita citanya sejak dulu tambahnya.

Kisah dibalik pemilik merek Tas WeBe asal semarang aslu indonesia

Wenny tak hanya membuka gerai, dia membuka satu khawasan penjualan suvenir di kawasan Semarang, yang kemudian diberi nama Kampoeng Semarang. Tak hanya ingin memajukan produknya sendiri. Ternyata Wenny ingin agar perajin asal Semarang pada umumnya dikenal melalui Kampoeng Semarang. Tempat yang lokasinya seluas sekitar 4.000 meter persegi di kawasan Semarang Utara, Kampoeng Semarang, kerap menjadi tujuan wisatawan untuk membeli suvenir khas Semarang.

Wenny, kini, telah memiliki 100 karyawan yang berasal dari daerah rawan rob dan banjir itu untuk menjadi pegawai di Kampoeng Semarang. Produk tasnya ada 40 macam model dan 40 ragam warna berbeda untuk anda koleksi.

Ia menambahkan apa yang menjadi kekuatan brand WeBe sekarang warna warna yang kuat. Dimana jika anda memilih warna apa yang cocok untuk pakaian anda tas WeBe telah siap. Tas buatannya telah melalui pasang surut sehingga kualitasnya tak dipertanyakan lagi. Baik material dan model semuanya telah dipikirkan matang oleh seorang Wenny Sulistiowaty Hartono. Modelnya tak akan kuno karena si empunya sendiri suka dengan produk modis.

Meski tak lagi secara masal melakukan ekspor, nyatanya produk WeBe tetaplah berupaya meningkatkan ekspornya. Meski begitu dengan banyaknya produk tiruan dari China, menjadi perhatian khusus Wenny. Ia berkata ketika ke Guanzhou, dia menemukan produk tiruannya. Tas WeBe yang dijual lebih murah dari apa yang dikerjakannya. Meski kesal dia tetap lega karena merek produk tiruan itu asli Indonesia, asli produksi Semarang.

Sekian ulasan mengenai asal usul brand lokal asli buatan Indonesia "WeBe" yang terbuat dari bahan tumbuhan eceng gondok. Semoga dengan ulasan ini bisa menambah wawasan tentang dunia mode fashion.

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Cerita Dibalik Kesuksesan Merek WeBe Asli Indonesia"

  1. Thanks Min atas Infonya. Baru tahu aku klo WeBe Produk Lokal.

    ReplyDelete